Kenapa Banyak Pendeta yang Meninggalkan Gereja?
Sumber: http://www.bbc.com/news/uk-35274944

Internasional / 15 January 2016

Kalangan Sendiri

Kenapa Banyak Pendeta yang Meninggalkan Gereja?

Theresia Karo Karo Official Writer
15797

Frustasi, minim dukungan, dan konflik gereja menjadi alasan ratusan mantan pendeta mengundurkan diri dari gereja. Studi terbaru oleh Lifeway Research mengungkap bahwa 63 persen dari mantan pendeta telah melayani selama lebih dari 10 tahun sebelum memutuskan berhenti.

“Hampir setengah dari orang-orang yang meninggalkan pelayanan mengatakan bahwa gereja mereka tidak menawarkan bantuan," ujar Ed Stetzer, direktur eksekutif Nashville-organisasi berbasis penelitian.

Menurut penelitian ini, hampir setengah mantan pendeta berharap gereja dapat memperhatikan beberapa hal penting, seperti pengadaan dokumen yang jelas, penawaran istirahat atau cuti, serta kelompok pendukung untuk membantu menangani kasus konseling berat.

Survei ini melibatkan 734 mantan pendeta senior dari empat denominasi Protestan yang meninggalkan gereja sebelum usia pensiun. Sebanyak, 40 persen mengaku meninggalkan tugas penggembalaan karena ada perubahan ‘panggilan’ dalam pelayanan. Sementara 25 persen lainnya dikarenakan konflik gereja dan 19 persen karena frustasi.

“Hal-hal ini saling berkaitan. Bila Anda kehilangan pengharapan, kemungkinan ketika muncul konflik Anda tidak akan merespon dengan baik, bahkan bisa membuat konflik lebih buruk,” kata Stetzer.

Selain itu muncul indikasi lain dalam studi, di mana masalah muncul bahkan sebelum pendeta ditugaskan melayani jemaat. Sebanyak 48 persen mantan pendeta mengungkapkan bahwa dari pusat mereka tidak mendapat gambaran akurat mengenai gereja yang akan dilayani.

Studi juga menemukan bahwa pendeta kerap bergesekan dengan konflik. Sebanyak 56 persen mengalami perselisihan terkait perubahan yang mereka usulkan dan 54 persen mengaku mendapat serangan pribadi. Terkait hal ini, hampir setengah dari mereka mengatakan bahwa sekolah seminari tidak mempersiapkan mereka tentang bagaimana menangani orang-orang dalam pelayanan.

“Sekolah seminari hanya fokus pada teologi, bahasa Alkitab, dan berkhotbah. Padahal yang juga tidak kalah penting adalah kesiapan pendeta dalam memimpin dan melayani orang-orang selama tugas penggembalaannya,” papar Stetzer.

Untuk sebuah perubahan Stetzer berharap agar seminari, akademisi, denominasi, dan bahkan pihak lainnya bisa bekerja sama untuk menemukan kehendak Tuhan dalam mendukung pendeta.

Apakah artikel ini memberkati Anda? Jangan simpan untuk diri Anda sendiri. Ada banyak orang di luar sana yang belum mengenal Kasih yang Sejati. Mari berbagi dengan orang lain, agar lebih banyak orang yang akan diberkati oleh artikel-artikel di Jawaban.com seperti Anda. Caranya? Klik di sini.


Sumber : Cbn/Jawaban.com | Theresia Karo Karo
Halaman :
1

Ikuti Kami